Sumber: Naqshbandi Guidebook of Daily Practices and Devotions
Oleh Syekh Hisyam Kabbani QS
Surat al-Faatihah
Grandsyekh Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS berkata, “Bila seseorang membaca al-Faatihah, ia tidak akan meninggalkan dunia ini tanpa memperoleh Kenikmatan Ilahiah yang tersembunyi di balik arti surat al-Faatihah yang membuatnya bisa mencapai keadaan pasrah kepada Allah SWT. Berkah yang Allah SWT berikan bersama surat al-Faatihah sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak akan berhenti, dan akan berlangsung selamanya, dengan orang yang membaca surat al-Faatihah. Hanya Allah SWT dan Rasulullah SAW yang mengetahui banyaknya berkah yang terdapat dalam surat al-Faatihah. Siapa pun yang membaca surat ini dengan niat untuk mendapatkan tajalinya, ia akan mendapat maqam yang tinggi dan derajat yang baik. Sedangkan bagi yang membacanya tanpa niat seperti itu, ia hanya mendapat Kenikmatan Ilahiah yang umum. Surat ini memiliki maqam yang tidak terhitung dan tidak terbatas dalam pandangan Allah SWT.
Ayat Amana-r-Rasul [QS 2:285-286]
Siapa pun yang membaca ayat ini, akan mendapat derajat yang tinggi dan maqam yang baik. Ia akan mendapat keselamatan dari al-Aman (Yang Maha Memberi Keamanan), dalam kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat. Ia akan memasuki Lingkaran Keamanan dalam Hadirat Ilahi Yang Maha Tinggi dan Maha Perkasa, dan ia akan mencapai semua maqam dalam Tarekat Naqsybandi yang mulia. Ia akan menjadi pewaris Rahasia Rasulullah SAW dan para awliya dan akan sampai pada maqam Bayazid al-Bistami QS, Imam tarekat, yang berkata, “Aku adalah Kebenaran (al-Haqq)” Ini merupakan tajali (manifestasi) yang luar biasa yang dimiliki oleh ayat ini, dan juga ayat-ayat yang lain. Grandsyekh Khalid al-Baghdadi QS, salah satu Imam tarekat ini, menerima Panorama Spiritual dan Rahasia dari ayat ini, yang dengannya Allah SWT menjadikan beliau seorang yang istimewa di masanya.
Surat al-Insyirah [QS 94]
Pada setiap huruf dan masing-masing ayat terdapat tajali yang berbeda dengan ayat-ayat pada surat lainnya. Siapa pun yang membaca sebuah ayat atau satu huruf al-Qur’an, ia akan mendapat Kasih Ilahiah yang khusus dan bersifat khas terhadap ayat atau huruf tersebut.
Jika seseorang membaca surat ini, ia akan menerima Kasih Ilahiah, tajali dan kebaikan. Siapa pun yang mengharapkan kebaikan tersebut, ia harus menjaga awrad ini setiap hari bersama dengan kewajiban lainnya. Barulah ia akan mendapat Kehidupan yang Sejati dan Kehidupan yang Abadi.
Maqam dan Kasih Ilahiah yang terus-menerus ini adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan, jadi satu kekurangan dalam awrad secara otomatis akan mengurangi banyaknya Kasih Ilahiah yang akan diterima. Sebagai contoh, jika kita ingin mencuci tangan, kita bisa menunggu di depan keran sampai air keluar. Tetapi jika pipanya tidak tersambung dengan baik, sehingga air tidak sampai ke keran, berapa pun lamanya kita menunggu, air tidak akan pernah keluar. Jadi kita harus menjaga jangan sampai terjadi kekurangan dalam zikir kita sampai kita mendapat semua tajali dan Kasih Ilahiah.
Surat al-Ikhlash [Qs 112]
Siapa pun yang membacakan surat ini dengan sungguh-sungguh akan mendapat tajali dari dua Nama Allah SWT, al-Ahad (Yang Maha Esa) dan as-Shamad (Yang Maha Dibutuhkan). Siapa pun yang membacanya akan mendapat sebagian dari tajali tersebut.
Surat al-Falaq [Qs 113] dan an-Naas [Qs 114]
Realitas dari Rahasia dan Kesempurnaan yang menyeluruh (kamal) dari Kebesaran Nama-Nama Allah SWT dihubungkan dengan kedua surat ini. Karena keduanya menjadi surat penutup al-Qur’an, keduanya terhubung dengan seluruh tajali dan Kasih Ilahiah. Melalui awrad ini, para guru Tarekat Naqsybandi menjadi Samudra Pengetahuan dan seorang yang ahli. Grandsyekh Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS berkata, “Kalian sekarang telah mencapai awalnya, di mana setiap ayat, huruf dan surat dalam al-Qur’an mempunyai tajalinya masing-masing, yang tidak bertumpang-tindih satu sama lain.” Untuk itu Rasulullah SAW bersabda, “Aku telah meninggalkan tiga hal untuk umatku, kematian yang akan membuat mereka takut, mimpi yang benar yang akan membawa berita gembira bagi mereka, dan al-Qur’an yang akan menjadi pedoman bagi mereka.” Melalui al-Qur’an Allah SWT akan membuka pintu Kasih Ilahiah pada saat-saat terakhir, sebagaimana ketika al-Qur’an diturunkan pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat, pada masa khalifah dan di masa para awliya.
Awrad untuk tiga tingkatan murid ini harus dilakukan sekali dalam 24 jam bersama dengan kewajiban lainnya sesuai dengan syariah Rasulullah SAW. Semua yang dibawa oleh beliau dapat ditemukan dalam awrad ini. Ini adalah cara bagi para hamba untuk mencapai kunci kedekatan dengan Allah SWT. Dengan awrad tersebut para rasul, anbiya dan awliya mencapai Sang Penciptanya dan melalui awrad ini pula kita dapat mencapai seluruh maqam dalam tarekat Naqsybandi yang mulia.
Para guru tarekat Naqsybandi mengatakan bahwa siapa pun yang menganggap dirinya tergabung dalam salah satu dari 40 tarekat atau menjadi pengikut tarekat Naqsybandi yang mulia tetapi tidak pernah melakukan khalwat walaupun sekali seumur hidup, maka seharusnya orang itu malu untuk berhubungan dengan murid-murid yang lain.
Grandsyekh Syekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS berkata, “Siapa pun yang hidup di akhir zaman dan berharap untuk mendapat posisi yang tinggi dan terhormat serta ingin mendapat apa yang didapatkan oleh orang yang berkhalwat dan melakukan latihan-latihan spiritual (zikir), maka ia harus mengerjakan awrad ini. Dengan awrad ini, berarti kita telah meletakkan fondasi untuk maqam yang lebih tinggi yang akan dibangun di atasnya. Seorang murid harus menyadari bahwa jika ia gagal mencapai posisi yang tinggi dan terhormat di dunia ini karena kurang berusaha, maka seharusnya ia tidak terpisah dari dunia ini, tetapi Syekh membuat ia dapat mencapainya dan mendapatkan maqamnya baik selama ia hidup atau pada saat 7 naPas terakhir menjelang kematiannya.”
“Jika seorang melakukan awrad (zikir) ini tetapi kemudian melakukan tindakan yang tidak pantas, berarti ia bagaikan membangun rumah di tepi karang yang terjal, kemudian rumahnya itu runtuh sehingga hancur berantakan. Jadi kita harus selalu waspada dan awas terhadap segala tindakan kita, menimbangnya dengan cermat apakah tindakan tersebut halal atau haram, atau apakah Allah SWT akan marah terhadap tindakan tersebut atau tidak. Kita juga harus mengetahui bahwa segala hal yang haram akan melemahkan fondasi kita. Oleh karena itu kita harus berpikir sebelum melakukan sesuatu. Rasulullah SAW bersabda, “Satu jam berpikir (kontemplasi) lebih baik dari 70 tahun beribadah.” Kita harus bisa melakukan segala aktivitas kita dengan cara yang benar, tanpa ada intervensi dari sesuatu yang diharamkan.”
“Dalam kehidupan ini, Allah SWT telah membagi hari ke dalam 3 bagian, 8 jam untuk beribadah, 8 jam untuk bekerja, dan 8 jam untuk tidur. Seseorang yang tidak menerima dan mengikuti pembagian energi ini akan menjadi contoh yang tepat bagi hadis yang berbunyi, ‘Barang siapa yang kehidupannya tidak teratur, ia juga akan mengalami kekacauan di neraka.’ Siapa yang hanya mengikuti kemauannya tidak akan mencapai kemajuan dan siapa yang ingin mencapai maqam yang tinggi dan terhormat sebagaimana yang berusaha didapatkan oleh generasi sebelumnya dengan berkhalwat, maka ia harus mengingat Allah SWT setiap saat.”
Grandsyekh melanjutkan, “Mereka yang membaca awrad secara rutin akan mendapat air dari Kehidupan yang Sejati, yang dengan air itu ia akan melakukan pembersihan diri. Ia akan mandi di dalamnya dan akan meminumnya, dengan jalan itu ia akan mencapai tujuannya. Ada orang yang mengaku telah mengikuti tarekat selama 30 tahun, tetapi ia belum bisa melihat sesuatu dan tidak mendapat sesuatu yang istimewa. Jawaban bagi orang itu adalah melihat kembali ke belakang, berapa banyak kekurangan yang telah dilakukannya? Pada saat kalian mengetahui kekurangan tersebut, segeralah hindari hal tersebut, dengan demikian kalian akan mencapai Allah SWT. Ketika murid meninggalkan tugas harian (wazifa) yang diperintahkan oleh Syekhnya, maka ia akan terhambat dalam mencapai kemajuan dan ia tidak akan mampu mencapai satu maqam apapun yang telah dicapai sebelumnya. Tidak ada nabi yang mencapai kenabiannya atau tidak ada seorang wali pun yang mencapai kewaliannya, dan tidak ada seorang mukmin yang mencapai tahapan keimanan tanpa menggunakan waktunya untuk melakukan zikir harian.”