|
Al Habib Hasan Bin Abdullah Asy-syathiri adalah seorang alim dikenal sebagai orang yang hafal sekaligus mengamalkan Al Qur’an. Beliau selalu berendah hati, trutama dihadapan gurunya Al Habib Abdullah Bin Alwi Bin Syahab, suara beliau tidak pernah terdengar, kepalanya tidak pernah di angkat, seakan akan di atas kepalanya ada burung yang sedang bertengger. Beliau di cintai oleh hamba-hamba kekasih Allah SWT, mencintai Allah dan mengikhlaskan dirinya untuknya, selalu menasehati yang besar dan yang kecil, penuh kasih sayang, serta selalu berbaik sangka kepada setiap muslim. Pernah suatu ketika beliau menaiki sebuah lift, dan menjumpai di dalamnya sepasang lelaki dan perempuan barat yang sedang berciuman. Beliau tidak menegurnya justru malah mendoakannya. Seraya berkata” yaa Allah, sebagaimana kau telah senangkan hati mereka di dunia ini, senangkanlah hati mereka di akhirat nanti”. Dapat juga dikatakan bahwa tidak ada ahlak, amal perbuatan dan ke-tawadhuan para as salaf as salih yang pernah kita dengar, melainkan seluruhnya terangkum dan menjelma dalam diri Al Habib Hasan Asy-syathiri. Untuk mempersingkat uraian manaqib ini, al faqir selanjutnya akan mengutip penuturan para da’I dan ulama besar tentang Al Habib Hasan Bin Abdullah Asy-syathiri, antara lain Habib Salim Bin Abdullah Asy-syathiri, Al Habib Abu Bakar Bin Ali Al Masyhur, Al Habib Umar Bin hafidz, Al Habib Abdullah Bin Ahmad Al Haddad, Al Habib Husein Bin Muhammad Al Haddar, Al Habib Ja’far Bin Muhammad Assaqaf, Gubernur Hadhramaut ustadz Abdul Qadir Ali Hilal, Al Habib An Najib Umar Bin Abdurahman Al Attas, dalam peringatan 40 hari wafatnya almarhum Al Habib Hasan Bin Abdullah Asy-syathiri di kota tarim dan jedah. Al Habib Salim Bin Abdullah Asy-syathiri berkata, Al marhum adalah As Sayyid Al Faqih, Al Alim Al Allamah Ad Da’I ilallah, figur bagi para pencari kebenaran, pendidik bagi parapelusuk kejalan Allah SWT, Al Habib Hasan Bin Abdullah Bin Umar Bin Ahmad Bin Umar Bin Alwi Asy-syathiri Bin Ali Bin Qadhi Ahmad Bin Muhammad asadullah fi ardhihi Bin Hasan At Turabi Bin Ali Bin Al Faqih Muqaddam Muhammad Bin Muhammad Shahibul Mirbath Bin Khali Qasam Bin Alwi Bin Muhammad Maula Shauma’ah Bin Alwy maula sumul Bin ‘Ubaidillah Bin Al Muhajir Illah Ahmad Bin ‘Isa Bin Muhammad An Naqib Bin Ali Al Uraidhi Bin Ja’far Ash Shadiq Bin Muhammad Al Bagir Bin Ali Zainal Abidin Bin Husein As-sibth Bin Al Imam Amiril Mu’minin Ali Bin Abi Thalib sekaligus putra sayidatina Fatimah Az-zahra Al Batul Binti Sayyidina Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallama. Al Habib Hasan menimba ilmu dari ayahandanya Al Habib Abdullah Bin Umar Asy-syathiri, serta maha guru beliau Al Arif billah Al QuthbAl Muhab Al Habib Alwi Bin Muhammad Bin Syahab. Selain itu Al marhum Al Habib Hasan juga sempat beruru kepada Murid Murid senior ayahanda beliau, antara lain syeikh Mahfuzh Bin Ustman, Syeikh Umar ‘Awadh Haddad dan Syeikh Salin bukair ba ghaitsan. Di bawah bimbingan ayahanda beliau, Al Habib Hasan juga banyak mempelajari berbagai macam kitab. Ayahanda beliau wafat pada saat beliau tengah menimba ilmu(tafsir) yang ketka itu beliau sampai pada tafsir ayat Al Qur’an yang berbunyi “pada hari ini ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku cukupkan kepadamu nikmatku , dan telah ku ridhai Islam sebagai agamamu” (QS Al Ma’dah: 3 Di setiap penghujung malam, Al Habib Hasan Asy-syathiri sering kali di ajak ayahandanya pergi ke masjid-masjid tarim, dan berziarah kemakam Zanbal serta inat. Setiap kali menziarahi makam Syeikh Abi Bakar Bin Salim, Habib Abdullah Bin Umar Asy-syathiri selalu berkata “ wahai syeikh Abi Bakar, sungguh aku telah membimbing dan mendidik putramu Hasan bin Ismail, karena itu kumohon bimbinglah dan didiklah putraku Hasan. Al Habib Hasan Bin Abdullah Asy-syathiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan para gurunya terutama guru besar beliau Habib Alwi Bin Abdullah Bin Syahab yang selalu menghormati dan memujinya. Pernah suatu saat Al Habib Alwi Bin Abdullah Bin Syahab berkata di depan rekan-rekannya, “Hasan Bin Abdullah adalah putra ruhku(Walad Ruhi) dan ketika didepan Al Habib Alwi beliau kehabisan suaranya pada saat sedang membaca qasidah, Habib Alwi Berkata “dia perlu di beri gula, tetapi gulanya harus dari Al Faqih Al Muqaddam Muhammad Bin Ali Ba’alwy.” Tiangkat pendidikan, ma’rifat dan kekhusu’an Habib Hasan Bin Abdullah Asy-syathiri dalam beribadah cukup tinggi. Beliau senantiasa mendawamkan qiyamul lail, tiada henti dalam mendidik, mengajar dan membimbing umat, seperti yang dilakukan oleh datuk-datuknya, Semoga Allah mencurahkan Rahmat dan keridhaan-nya kepada mereka. Al Habib Umar Bin Hafidz berkata: Sesunguhnya rahasia perkumpulan kita disini adalah merupakan sebuah bentuk persiapan untuk perkumpulan kita kelak (di hari kiamat) di bawah naungan Al Alim Al Allamah Abdullah Bin Umar Asy-syathiri begitu pula Al Habib Hasan Bin Abdullah Bin Umar Asy-syathiri. Keduanya kelak dihari kiama adalah pewaris kepemimpinan Rasulullah SAW, manusia termulia di padang mahsyar. Oleh karena itu, makna dari perkumpulan kita ini sangatlah besar, sesuai dengan besarnya amanat-amanat yang beliau pikul, yaitu amanat mendekatkan mahluk dengan Khaliq, amanat menyucikan jiwa dari aneka penyakit hati dan kekotoran, amanat menjaga cara Hidup as salafu ash shalih yang merupakan pewaris Al Musthafa Rasulullah SAW, amanat menyayangi yang kecil dan menghormati yan muda, amanat mengisi waktu-waktu keseharia didalam ataupun diluar negri dengan zikir dan ilmu, serta amanat kepedulian kepada orang-orang dekat maupun orang jauh. Itu semua merupakan sekumpulan sifat baik yang selalu kita saksikan perwujudannya dalam kehidupan Al Habib Hasan Bin Abdullah Asy-syathiri semoga Allah membahagiakan Jiwanya dengan sekian banyak buah karya yang telah beliau persembahkan untuk kita, cahaya kebenaran yang beliau berikan kepada kita serta segala hal positif lainnya yang beliau titipkan baik pada keturunan maupun pada muridnya yang menyebar di berbagai tempat di dunia ini. |
Putrinya telah dilamar oleh 'Amr bin 'Auf bin Hujr, kakek dari penyair Imraul Qais. 'Amr meminangnya kepada ayahnya, dan keduanya kemudian dinikahkan.
Pada saat malam pertama tiba, sang ibu memberikan wasiat kepada putrinya yang berisikan pendidikan terhadap wanita. Siapa pun wanita yang melaksanakan wasiat tersebut akan berhasil menjalani kehidupan rumah tangga dan akan menempati posisi mulia di hati suaminya.
Di dalam wasiat itu terkandung kata-kata indah, pelajaran yang luhur, dan kedalaman pikiran, dimulai dengan persiapan putrinya untuk menerima wasiat darinya, yang lebih mengutamakan kepuasan akal daripada pengaruh perasaan.
"Wahai putriku, kini kau tinggalkan lingkungan asalmu. Kau tinggalkan rumah yang biasa kau tempati ke rumah yang tidak kau kenali dan teman yang belum akrab denganmu. Andai saja perempuan tidak membutuhkan suami dikarenakan kedua orang tuanya lebih membutuhkannya, maka akulah orang yang paling tidak membutuhkan suami. Tetapi perempuan diciptakan untuk laki-laki, sebagaimana laki-laki juga diciptakan untuk perempuan. Dengan kepemilikannya terhadapmu, dia menjadi pengawas dan raja. Dari itu, jadilah kau budak baginya, niscaya dia akan menjadi hamba bagimu. Peliharalah sepuluh kebiasaan yang akan menjadi harta simpananmu.
Adapun yang pertama dan kedua; tunduk kepadanya dengan ikhlas, mendengarkan dengan baik dan taat. Ketiga dan keempat; menjaga pandangan dan penciumannya, jangan sampai dia melihat kejelekan darimu, dan jangan sampai dia mencium darimu kecuali bau yang paling harum. Kelima dan keenam; menjaga waktu tidur dan makannya, sebab rasa lapar yang terus menerus akan membuatnya bergejolak, sedangkan mengganggu tidur bisa membuatnya marah. Ketujuh dan kedelapan; menjaga hartanya, memerhatikan kerabat dan keluarganya. Maka orang yang pandai mengatur harta akan dihormati, dan orang yang mampu mengatur keluarga adalah seorang pengatur yang baik. Kesembilan dan kesepuluh; jangan kau langgar perintahnya, dan jangan kau buka rahasianya. Melanggar perintahnya akan membuat hatinya panas, dan membuka rahasianya akan membuatmu tidak aman dari pengkhianatannya.
Kemudian, janganlah kau bergembira di hadapannya kala dia sedang dirundung duka, atau bersedih kala dia dalam keadaan gembira; yang pertama termasuk kelalaian dan yang kedua adalah pengeruhan.
Janganlah kau menjadi pengekang baginya hingga dia berpaling darimu, dan janganlah kau menjauh darinya hingga dia melupakanmu. Jadilah kau orang yang paling mengagungkannya, niscaya dia akan menjadi orang yang paling setia menemanimu. Ketahuilah, bahwa kau tidak akan menggapai apa yang kau sukai hingga kau menjadikan kerelaannya memengaruhi kerelaanmu dan keinginannya memeranguhi keinginanmu pada apa yang kau suka atau benci. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagimu."