Seorang santri bertanya kepada kiainya, “Ada tiga pertanyaan yang mengganjal di pikiranku, dan menurutku ini adalah petanyaan yang cukup sulit,” ungkapnya.
“Silakan tanya saja, Insya Allah, saya coba membantu.”
“Baiklah. Pertama, jika Allah I itu memang ada, tolong tunjukkan wujudnya. Kedua, apakah takdir itu? Dan ketiga, kalau setan diciptakan dari api, mengapa Allah I menyiksa setan dengan memasukkannya ke dalam neraka yang juga terbuat dari api?”
Sampai di situ, sang kiai langsung menampar pipi si santri dengan keras.
“Itulah jawaban dari semua pertanyaan kamu,” katanya.
“Maksud kiai?”
“Bagaimana tamparan saya? Sakit?”
“Tentu saja,” jawab santrinya.
“Jadi kamu percaya dengan adanya sakit?”
“Itukan biasa.”
“Sekarang tunjukkan wujud sakit itu.”
Si santri pun terdiam.
“Itulah jawaban atas pertanyaan kamu yang pertama. Allah itu ada. Bukti-buktinya terasa. Hanya kita tidak mampu melihatnya. Sebelumnya, apakah kamu bermimpi atau setidaknya memperkirakan bahwa hari ini kamu kena tampar?”
Si satri menggeleng.
“Itulah takdir. Selanjutnya pipi kamu dilapisi apa?” Tanya kiai lagi.
“Kulit,” jawab santrinya.
“Tangan ini?”
“Kulit juga.”
“Itulah jawaban pertanyaan kamu yang ketiga,” kiai mengakhiri jawabannya dengan lugas.
(Dikutip dari dari tulisan Muhammad Zaha al-Farisi dalam bukunya “Like Father Like Son”).
No comments:
Post a Comment