Nasrudin adalah seorang sufi yang hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol. Sewaktu masih sangat muda, Nasrudin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya, sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah. Maka gurunya yang bijak bernubuwat: "Kelak, ketika engkau sudah dewasa, engkau akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu."
Nasrudin turut mengalami pendudukan Bangsa Mongol di bawah panglima Timur Lenk yang kejam. Timur Lenk banyak sekali melakukan penghancuran kebudayaan, tetapi dengan berbagai kecerdikan, Nasrudin dapat melewati masa ini. Konon, antara lain berkat pengaruh Nasrudin pula lah akhirnya Timur Lenk meninggalkan tanah air Nasrudin, meneruskan pengembaraan barbarnya.
salah satu kisah beliau yg cukup mengelikan adalah ketika beliau ditanya oleh penguasa Timur Lenk pada masa itu berikut percakapanya . . .
Timur Lenk mulai mempercayai Nasrudin, dan kadang mengajaknya berbincang soal kekuasaannya.
"Nasrudin," katanya suatu hari, "Setiap khalifah di sini selalu memiliki gelar dengan nama Allah. Misalnya: Al-Muwaffiq Billah, Al-Mutawakkil 'Alallah, Al-Mu'tashim Billah, Al-Watsiq Billah, dan lain-lain. Menurutmu, apakah gelar yang pantas untukku ?"
Cukup sulit, mengingat Timur Lenk adalah penguasa yang bengis. Tapi tak lama, Nasrudin menemukan jawabannya. "Saya kira, gelar yang paling pantas untuk Anda adalah Naudzu-Billah.....
saja ujar nasrudin polos."
Saturday, October 24, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment