Sayidina Umar Ibnu Khattab, nama besar yang harum di bumi dan di langit, salah seorang dari empat sahabat besar yang utama dan beliau dijamin syurga. Beliau merupakan khalifah kedua Rasulullah SAW setelah Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq. Banyak kisah menyebutkan tentang ketaqwaan Sayidina Umar Ibnu Khattab, tentang zuhudnya, tentang ketegasannya membela agama Allah dan sifat waraknya..
Sayidina Umar adalah salah satu bukti kebesaran dan kehebatan Rasulullah SAW kekasih Allah. Berkat doa Rasulullah beliau memeluk Islam. Rasulullah mampu mengubah dan mendidik, mengenalkan Allah pada Umar Ibnu Khattab sehingga menjadi seorang yang super bertaqwa. Dari manusia yang pernah mengubur bayi perempuannya hidup-hidup menjadi manusia yang mampu menyerahkan dunianya, hidup matinya untuk Allah dan RasulNya.Dari manusia yang kejam dan ditakuti se-jazirah arab menjadi manusia yang paling disegani dan dihormati di Timur dan di Barat (Persia & Romawi). Manusia yang membuat seantero jazirah arab terkejut dan ciut nyali ketika mendengar beliau memeluk agama Islam. Islam telah mengubahnya menjadi manusia yang sangat penyayang, adil dan sangat membela orang miskin. Dari manusia yang sangat keras menjadi manusia yang lembut hatinya, hingga linangan air matanya ketika mengingat dosa membekas di pipinya.
Air matanya selalu mengalir ketika takut kepada Allah, ketika teringat dosa-dosanya dan juga di saat mengaharapkan keampunanNya. Karena takut dengan dosa-dosanya, maka setiap malam beliau memukuli punggungnya sendiri karena merasa banyak berdosa dengan Tuhan. Biarlah dosa-dosaku aku tanggung di dunia daripada aku harus menanggungnya di akhirat kelak begitulah hatinya merintih. Sayidina Umar, dari manusia penyembah roti dan patung menjadi manusia pemuja Allah yang hatinya begitu takut dan cinta dengan Allah.
Sayidina Umar adalah manusia hasil didikan Nabi akhir zaman. Rasa takutnya dengan Tuhan begitu terlihat, hingga selalu bergetar dan menggigil badannya, serta pucat wajahnya ketika mengambil air wudlu. Ketika ditanya oleh sahabat mengenai hal itu, beliau menjawab : “ tahukah engkau kepada siapa aku akan menghadap sesaat lagi?”.Semakin dekat dengan waktu sholat, semakin hebat getaran hati beliau. Hingga degupan jantung beliau ketika sholat terdengar sampai tiga shaf di belakangnya.Bahkan tercium bau hati terbakar karena hatinya terlalu takut dengan Tuhan. Begitulah rasa takut beliau sewaktu menghadap Allah, Raja dari segala raja.
Sifat tawakal beliau kepada Allah begitu kental, hingga setelah menjadi khalifah pun beliau tidak memiliki pengawal. Suatu ketika seorang utusan Romawi terheran-heran ketika menyaksikan Amirul Mukminin ditemuinya sedang tertidur seorang diri di bawah sebuah pohon, tanpa ada pengawal satupun. Ketika utusan Romawi itu bersiap hendak mengayunkan pedang ke arah sayidina Umar, tiba-tiba muncul dua ekor singa yang akan menerkam pengawal itu. Itulah diantara karamah Sayidina Umar ibnu Khattab. Dan akhirnya utusan itu pun masuk Islam, bukan dengan kekerasan tetapi dengan karamah (kemuliaan yang Allah berikan kepada orang yang sangat dekat padaNya, kalau bagi Nabi dan Rasul disebut Mukjizat).
Pakaian Sayidina Umar teramat sederhana, bahkan sampai bertambal-tambal. Beliau sering memanggul sendiri karung-karung makanan untuk rakyatnya yang miskin. Ketika ditanya oleh orang kenapa beliau berbuat demikian sedangkan beliau adalah khalifah, beliau menjawab : “sesungguhnya yang akan ditanya oleh Allah mengenai perkara ini ( keadaan rakyat ) adalah aku, bukan kalian” .Artinya walaupun dunia di gengamannya tetapi tidak terpaut di hati, jasadnya bersama manusia tetapi hatinya bersama Tuhan ( Zuhud ). Rasa kehambaannya begitu tinggi, hingga beliau berkata : “jika semua orang di neraka sudah selesai hukumannya, dan tiggal seorang yang terakhir, aku takut akulah orangnya”. Padahal disebutkan oleh Nabi SAW ,Shodiqul Masduq, bahwa beliau adalah sahabat yang dijamin syurga.
Ketika dilantik menjadi Khalifah, beliau tidak berusaha tidur dalam kesehariannya. Beliau berkata, “ aku tidak dapat tidur di waktu siang,karena takut urusan rakyatku tidak selesai. Dan aku juga tidak dapat tidur di waktu malam,karena takut urusanku dengan Allah tidak selesai”.
Salah satu karamah Sayidina Umar yang lain adalah dengan izin Allah beliau mampu mewujudkan teknologi komunikasi yang super canggih, “the power of taqwa”. Kisahnya, saat itu sayidina Umar sedang berkhutbah di Madinah di hadapan kaum muslimin, tiba-tiba dalam khutbahnya beliau berteriak keras : “Sariyah…pergi ke balik bukit…!” Orang-orang yang hadir saat itu terheran-heran mendengar teriakan beliau yang tiba-tiba. Sampailah beberapa minggu kemudian datang sepasukan kaum muslimin, dipimpin oleh Sariyah bin Zanim Al Khalji, pulang dari medan jihad di Yerusalem, Palestina. Sariyah menghadap Sayidina Umar dan menceritakan pengalamannya. Dia mengatakan bahwa, persis di hari dan waktu yang sama saat sayidina Umar berkhutbah di Madinah itu, Sariyah mendengar suara Sayidina Umar memerintahkan pasukannya agar pergi ke balik bukit. Sehingga di dapati pasukannya selamat dari kepungan musuh yang sangat banyak dan akhirnya tentara muslimin berhasil menduduki Yerusalem. Kisah terkenal ini disebutkan dalam kitab terbitan Beirut berjudul Thabaqat Al Munawi Al Qubra dan Jami’ Karamat Al Auliya’.
Pernah suatu ketika di zaman pemerintahannya, sungai Nil mengalami surut dan kering airnya. Menurut bangsa Qibti ( Mesir ) seorang gadis perawan harus dikorbankan untuk mengalirkan kembali air sungai Nil. Mendengar hal itu Sayidina Amr bin Ash ( Gubernur Mesir saat itu ) mencoba menghalang karena kedatangan Islam telah menghapuskan kepercayaan bangsa Mesir jahiliyah tersebut. Tetapi usahanya tidak membuahkan hasil, sehingga beliau mengirim surat rujukan kepada Khalifah Umar ibnu Khatab. Membaca surat Amr bin Ash, Sayidina Umar kemudian segera menulis sebuah surat yang maknanya : “ Surat ini dikirim oleh Umar, Amirul Mukminin kepada sungai Nil. Wahai sungai Nil…Apabila air yang mengalir pada tubuhmu bukan dari kuasa Allah maka kami tidak memerlukanmu sama sekali, Tapi kami yakin Allah Maha Berkuasa dan kepadaNya kami memohoin supaya kamu mengalir ”.Kemudian Sayidina Umar memerintahkan Amr bin Ash untuk mengirimkan surat itu kepada sungai Nil dengan cara dihanyutkan ke dalam sungai Nil.Sungguh ajaib, dengan serta merta air sungai itupun mengalir seperti sedia kala sehingga akhirnya pengorbanan gadis perawan urung dilakukan, dan kewibawaan Islam pun naik di Mesir. Dalam kisah ini dapat kita fahami bahwa sungai Nil, sebagai makhluk Allah, pun taat pada khalifahNya. Kisah ini ditulis dalam kitab besar Nadharu Asasul Hukmiatul Islamiyah.
Kemudian, pernah suatu ketika di jazirah arab terjadi gempa bumi dahsyat. Waktu itu Sayidina Umar sudah diangkat sebagai Khalifah. Sungguh di luar lojik, hanya dengan tongkatnya Sayidina Umar memukul bumi yang sedang bergetar itu, sambil berkata : “ wahai bumi,engkau hamba Allah dan aku khalifahNya, mengapa engkau berguncang, apakah aku pernah bertindak tidak adil ke atas engkau?”. Dengan izin Allah bumi pun berhenti berguncang, bumi sebagai makhluk Allah pun ikut tunduk patuh kepada khalifah Allah, ”wakil Tuhan” di zaman itu. Dalam dunia wali orang seperti ini disebut Sohibuz Zaman / Ghauts / Khutubul Auliya’/ Sulthanul Auliya’ yaitu pemilik zaman, yang kepadanya Allah mewariskan bumi ini.
Thursday, October 22, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment