Thursday, October 22, 2009

SAYYIDINA UTSMAN IBN 'AFFAN AD-DZUNNURAINI R.A.

Nama beliau adalah Utsman bin 'Affan bin Abil 'Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab. Beliau menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy. Beliau dilahirkan di Mekah enam tahun setelah tahun gajah, menurut pendapat yang shahih. Beliau tumbuh diatas akhlak yang mulia dan perangai yang baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak suka keramaian/kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau rela mengorbankan nyawanya demi untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan akhlak dan mu'amalahnya, beliau dicintai oleh Quraisy, hingga merekapun menjadikannya sebagai perumpamaan. Dari sini Imam Asy-Sya'bi mengatakan : "Dahulu Utsman sangat dicintai oleh orang-orang Quraisy, mereka menjadikannya sebagai suri taudalan, mereka memuliakannya. Sampai-sampai para ibu dari kalangan orang-orang Arab, jika menghibur anaknya, dia mengatakan : Demi Allah yang Maha Penyayang, aku mencintaimu seperti kecintaan Quraisy kepada Utsman.

Utsman bin 'Affan Radhiyallahu ‘anhu hidup ditengah orang-orang musyrikin Quraisy yang menyembah berhala-berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan, animisme/dinamisme serta adatistiadat yang kotor. Beliau menjauhi segala bentuk kotoron jahiliyah yang mereka lakukan, beliau tidak pernah berzina, membunuh, ataupun meminum khamer. Ketika Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk berdakwah di jalan Allah, dan Abu Bakar sudah masuk Islam, beliaupun pergi mendatangi Utsman mengajaknya masuk Islam. Utsman pun seketika itu langsung menerima ajakan untuk masuk Islam dan beliau mengucapkan dua kalimat syahadat.
Kemudian ketika tersebar berita akan Islamnya penduduk Mekkah dan sampai berita ini kepada mereka di Habasyah, mereka pun kembali hingga ketika telah mendekat ke kota Mekkah, mereka akhirnya sadar bahwa berita tersebut tidaklah benar. Tapi, mereka tetap masuk kota Mekkah dengan jaminan keamanan dari sebagian penduduk Mekkah. Diantara yang kembali tersebut adalah Utsman bin 'Affan dan istri beliau Ruqayyah Radhiyallahu ‘anha. Utsman kembali menetap di Mekkah dan kembali mendapatkan gangguan dan penganiayaan dari orang-orang Mekkah. Tapi hal tersebut tidak membuatnya lari dari agamanya, hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berhijrah ke kota Madinah An-Nabawiyah bersama para sahabatnya dan beliau pun ikut serta berhijrah. Dan Utsman termasuk orang yang berhijrah dua kali. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya (Fathul Bari 7/363)

Beliaupun tegar dengan keimanannya, bahkan semakin hari semakin bertambah keimanan beliau. Beliau tinggal di kota Madinah, dan tidaklah beliau meninggalkannya sejenak melainkan beliau ingin segera kembali kepangkuannya. Telah dishahihkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullahu bahwasanya beliau tidak berpamitan kepada istri-istri beliau ketika keluar dari Mekkah -melainkan pada saat beliau sudah naik kendaraan- dan beliau percepat keluarnya, karena khawatir tidak bisa berhijrah. (Fathul Bari 2/571)
Beliau memiliki kedudukan yang tinggi disisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan hal ini diketahui oleh para sahabat. Dari sinilah Ibnu Umari Radhiyallahu ‘anhu berkata : "Dahulu pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kita meyakini bahwa tidak ada yang lebih utama dari Abu Bakar, kemudian Umar kemudian Utsman kemudian kami biarkan selanjutnya kepada para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Jami' Ash-Shahih bersama Fathul Bari (7/53-54)
Pengepungan berlanjut hingga pagi hari jumat, yang bertepatan dengan 12 Dzul Hijjah 35 H. Pada waktu itu Utsman Radhiyallahu ‘anhu sedang duduk dirumahnya bersama para sahabat yang berjumlah banyak sekali dan selain mereka yang ingin membela 26 HR.Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istii'aab (bersama Al-Ishabah 3/78) dengan sanad yang hasan. dan melindungi beliau dari kebengisan para pendemo tersebut. Dan Utsman Radhiyallahu ‘anhu telah memeritahkan mereka untuk keluar dari rumah dan melarang mereka untuk membelanya, namun mereka tetap berkeinginan membela beliau, seperti yang telah disebutkan. Dan terkahir kali, beliau dapat menjadikan mereka menerima perintah beliau, hingga mereka semua keluar dari rumah dan membiarkan beliau sendiri dengan para pendemo itu. Tidak ada yang tersisa dirumah melainkan Utsman dan keluarganya saja. Tidak ada lagi seorang pun yang menjaga Utsman. Lalu beliau membuka pintu rumah. Pada saat itu beliau Radhiyallahu ‘anhu sedang berpuasa, lalu tiba-tiba masuk seseorang yang tidak disebutkan namanya. Ketika dia melihat beliau Radhiyallahu ‘anhu dia berkata : "Antara aku dan engkau adalah kitabullah", kemudian dia keluar dan meninggalkan Utsman. Tidak berselang lama, masuk seseorang dari Bani Sadus yang dijuluki sebagahi Al- Maut Al-Aswad (Kematian hitam), lalu dia mencekik beliau dan cekikannya seperti tebasan pedang. Dia berkata : "Demi Allah, aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih lembut dari lehernya. Aku telah mencekiknya, hingga aku melihat nafasnya seperti jin yang mengalir di tubuhnya".

Kemudian dia menebaskan pedangnya kepada beliau, dan Utsman Radhiyallahu ‘anhu pun menangkisnya dengan tangan beliau, hingga terputus. Lalu Utsman berkata : "Demi Allah, ini adalah tangan yang pertama kali menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an". Yang demikian itu, karena beliau termasuk para penulis wahyu (al-Qur'an) dan beliau termasuk orang pertama yang menulis mushaf dengan didekte langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau terbunuh dan mushaf berada didepan beliau. Darah mengalir dari potongan tangan beliau hingga mengenai mushaf yang berada didepan beliau yang sedang beliau baca. Darah tersebut jatuh pada firman Allah :
Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS.Al-Baqarah : 137]
Ketika pembunuh Utsman –orangnya hitam telah selesai, dia mengangkat atau membentangkan tangannya didalam rumah, seraya berkata : Akulah pembunuh Na'tsal. Ruh beliau yang suci itu pun naik kepada Rabnya dengan penuh keridhaan dan mengadukan kedzaliman para pelakunya. Semoga keridhaan Allah bagi Utsman dan semoga Allah memasukkannya kedalam surga-Nya yang luas bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam serta para sahabat-sahabat beliau. Dan beliau wafat pada hari jumat pagi 12 Dzul Hijjah .
1. Dalam kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada 'Utsman. Laki-laki tersebut baru saja bertemu dengan seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. 'Utsman berkata kepada laki-laki itu, "Aku melihat ada bekas zina di matamu." Laki-laki itu bertanya, "Apakah wahyu masih diturunkan sctelah Rasulullah Saw wafat?" `Utsman menjawab, "Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin." `Utsman r.a. mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur laki-laki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya.
2. Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati 'Utsman r.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat 'Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan).
3. Diceritakan bahwa Abdullah bin Salam mendatangi `Utsman r.a. yang sedang dikurung dalam tahanan untuk mengucapkan salam kepadanya. 'Utsman bercerita, "Selamat datang saudaraku. Aku melihat Rasulullah Saw dalam ventilasi kecil ini. Rasulullah bertanya, "Utsman, apakah mereka mengurungmu?' Aku menjawab, `Ya.' Lalu beliau memberikan seember air kepadaku dan aku meminumnya sampai puas. Rasulullah berkata lagi, `Kalau kau mau bebas.niscaya engkau akan bebas, dan kalau kau mau makan bersama kami mari ikut kami.' Kemudian aku memilih makan bersama mereka." Pada hari itu juga, `Utsman terbunuh.

No comments: